Pages

Laman

Kamis, 31 Oktober 2013

Jangan Menitiskan Air Mata Kerana Video Ini 2

http://www.youtube.com/v/TCPpAbz5whk?autohide=1&version=3&attribution_tag=gFoOOcQnDXhozJf33koJIQ&feature=share&autoplay=1&autohide=1&showinfo=1

Senin, 07 Oktober 2013

Kembali pada Cahaya


Telah sampai diri yang hina ini
Menginjakkan kaki di tanah suci
Telah diperlihatkan-Nya mata ini
Bangunan terindah sejagat bumi

Setiap wajah terlihat basah
Dibanjiri air mata yang membuncah
Rupanya tak kuat mereka membendung resah
Teringat dosa yang bersemayam dalam darah

Sudah sepantasnya aku merasa malu
Kala mendatangi rumah tuhanku
Karena disinilah tempat mengadu
Tempatku menangis tersedu – sedu

Dalam diam aku berkata..
Wahai jiwa, sudahlah cukup dengan dunia
Tertawa akan khayalan hidup selamanya
Sudah cukup engkau terperdaya hingga lupa

Tak ingin lagi berpura – pura
Melawan perintah-Nya dengan sengaja
Saatnya aku menatap dengan cahaya
Kembali dan menjemput ridho-Nya

Minggu, 06 Oktober 2013

Artikel ekonomi pola deduktif & induktif...


pola Deduktif:
  
Ekonomi Indonesia masih kritis, belum KRISIS....

Inilah Dunia ekonomi yang sudah menjadi penentu kehidupan. Ekonomi dapat berkembang pesat mengantar pada puncak kejayaan, membuat setiap perut kenyang dan menghidupkan setiap orang. Satu gedung bisa dibuatnya bercabang menjadi sepuluh dan setiap ladang menjadi luas tak berujung. Tetapi sekali saja ekonomi itu terjatuh, yang berdasi bisa dibuatnya berjalan tanpa alas kaki, dan yang miskin dijadikannya mati kelaparan. (deduktif).

Indonesia saat ini sedang dihadapi masalah –masalah yang mengarah pada krisis ekonomi. Salah satunya adalah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dunia yang dianggap sebagai bibit masalah. Di samping itu, masalah yang lain juga muncul dari cadangan devisa kita yang jumlahnya terus turun karna digunakan untuk membayar belanja negara, sedangkan hutang luar negri kita baik dari swasta maupun pemerintah juga terus naik. Nah, jika melihat kondisi seperti ini tentunya bukan tidak mungkin kita bisa masuk pada masa krisis ekonomi besar 2013 atau 2014. Negara kita akan payah ketika semua hutang jangka pendek sudah jatuh tempo dan harus dibayar, sedangkan jumlah cadangan devisa kita tidak cukup untuk membayarnya. (deduktif)

      Sebenarnya, pelemahan nilai tukar rupiah dianggap bisa memulihkan perekonomian karena menekan nilai impor di Indonesia. Disini saya mengutip sebuah pendapat dari salah satu artikel pengamat ekonomi , "jika memang nilai tukar rupiah semakin melemah, seharusnya semua barang impor yang masuk ke Indonesia akan menjadi lebih mahal. Kalau harganya mahal otomatis akan mengurungkan niat para konsumen untuk membeli. Nah, hasil dari keaadan ini tentu mengarah pada nilai impor Indonesia yang akan terus berkurang. Apabila setidaknya nilai ekspor tetap kita pertahankan, maka secara tidak langsung kita akan mencapai suatu titik dimana neraca perdagangan kita menjadi surplus kembali dan ekonomi kita akan membaik" .

Bagaimanapun juga langkah - langkah pencegahan agar ekonomi yang sudah kritis ini tidak menjadi krisis masih bisa dilakukan. Mengutip dari artikel yang ditulis Bpk. M.Jusuf Kalla, "Kita bisa mulai dari segi peningkatan efisiensi bangsa ini . Begitu juga dengan pengawasan terhadap kegiatan di pasar ekspor dan impornya. Kita harus menghemat dan mengurangi biaya rutin negara berupa belanja barang dan modal yang tidak perlu. Memperbaiki defisit perdagangan dan APBN akan otomatis memperbaiki neraca pembayaran karena kepercayaan dunia usaha akan baik" 

sumber terkait:
 http://www.teguhhidayat.com/2013/08/gambaran-perekonomian-indonesia-saat-ini.html
http://budisansblog.blogspot.com/2013/09/krisis-ekonomi-kita-bisa-apa.html

pola Induktif:

Hausnya Upah Minimum...

Sungguh melelahkan setiap kali melihat kumpulan buruh bersatu untuk menuntut apa yang mereka anggap sebagai haknya dan apa yang dianggap bencana oleh para pengusaha. Para pekerja berjuang agar ada kenaikan signifikan untuk mengimbangi lonjakan harga kebutuhan pokok. Sedangkan pengusaha berusaha sebaliknya. Dua kepentingan yang sulit dipertemukan. Sampai pada Masalah pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak dan tidak dibayarkannya tunjangan hari raya (THR). Pemerintah sendiri mengambil peran sebagai wasit yang tidak pernah dianggap benar-benar adil. Upah minimum memang telah menjadi konflik besar antara buruh dan pengusaha.

Sikap lebih simpatik disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, juga berlatar pengusaha, yang menyatakan bahwa memang tuntutan buruh itu wajar saja, setidaknya untuk DKI yang memang kebutuhan hidupnya sudah tinggi. Masalahnya adalah bagaimana menurunkan kebutuhan hidup layak (KHL) buruh. Menurutnya, dapat dilakukan dengan mengurangi pengeluaran buruh. Selain itu, juga dengan menyediakan perumahan buruh yang dekat dengan tempat bekerja untuk menekan ongkos transportasi, Di sini Basuki menunjukkan pemahamannya yang mendalam, dengan tidak begitu saja menerima atau menolak desakan buruh, tetapi memberi solusi yang bisa dilakukan melalui kekuasaan politik yang ia miliki. Semua itu adalah solusi yang tepat untuk  memperkuat perlindungan sosial terhadap buruh dengan  menekan pengeluarannya.

 sumber terkait: