Pages

Laman

Kamis, 19 Januari 2012

Anak Cacat Itu Bernama Salim (Kisah Nyata)

--» ۞ بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم ۞ «--

Belum sampai 30 tahun usiaku ketika istriku melahirkan anak pertamaku. Masih aku ingat malam itu, dimana aku menghabiskan malam bersama dengan teman-temanku hingga akhir malam, dimana waktu semalaman aku isi dengan ghibah dan komentar-komentar yang haram. Akulah yang paling banyak membuat mereka tertawa, membicarakan aib manusia, dan mereka pun tertawa.

Aku ingat malam itu, dimana aku membuat mereka banyak tertawa. Aku punya bakat luar biasa untuk membuat mereka tertawa. Aku bisa mengubah nada suara hingga menyeruapi orang yang aku tertawakan. Aku menertawakan ini dan itu, hingga tidak ada seorangpun yang selamat dari tertawaanku walaupun ia adalah para sahabatku. Hingga akhirnya sebagian dari mereka menjauhiku agar selamat dari lisanku.

Aku ingat pada malam itu aku mengejek seorang yang buta, yang aku melihatnya sedang mengemis di pasar. Lebih buruk lagi, aku meletakkan kakiku di depannya untuk mendorongnya hingga ia goyah dan jatuh, hingga dia berpaling dengan kepalanya dan tidak mengetahui apa yang ia katakan. Leluconku menyebabkan orang-orang yang ada di pasar tertawa.

Aku kembali ke rumah dalam keadaan terlambat seperti biasa. Aku mendapati istriku yang sedang menungguku tengah bersedih. Dia bertanya padaku, darimana saja aku? Aku menjawabnya dengan sinis, "Aku lelah." Kelelahan tampak jelas diwajahnya. Ia berkata dengan menangis tersedu, "Aku lelah sekali, tampaknya waktu persalinanku sudah dekat."
Dalam diamnya, air matanya menetes di pipinya. Aku merasa bahwa aku telah mengabaikan istriku dalam hal ini. Seharusnya aku memperhatikannya dan mengurangi begadangku, lebih khusus di bulan kesembilan dari kehamilannya ini. Akhirnya, aku membawanya ke rumah sakit dengan segera dan aku masuk ke ruang bersalin. Aku seakan merasakan sakit yang sangat beberapa saat. Aku menunggu persalinan istriku dengan sabar, tapi ternyata sulit sekali proses persalinannya. Aku menunggu lama sekali hingga aku kelelahan. Maka aku pulang ke rumah dengan meninggalkan nomor HP ku di rumah sakit dengan harapan mereka mengabariku.

Setelah beberapa saat, mereka menghubungiku dengan kelahiran Salim. Maka aku bergegas ke rumah sakit. Pertama kali mereka melihatku, aku bertanya tentang kamarnya. Tetapi mereka memintaku untuk menemui dokter yang bertanggung jawab dalam proses persalinan istriku. Aku berteriak kepada mereka: "Dokter apa? Aku hanya perlu melihat anakku." Akan tetapi mereka mengatakan: "Anda harus menemui dokter terlebih dahulu."

Akhirnya aku menemui dokter tersebut. Lantas dia berbicara kepadaku tentang musibah dan ridha terhadap takdir. Kemudian ia berkata: "Mata kedua anak anda buruk, dan sepertinya dia akan kehilangan penglihatannya!"

Aku menundukkan kepala dan berusaha mengendalikan ucapanku. Aku jadi teringat dengan pengemis buta yang aku dorong di pasar dan menertawakannya di hadapan manusia.

Maha Suci Allah, sebagaimana engkau mengutuk, maka engkau akan dikutuk. Aku sangat sedih dan tidak mengetahui apa yang aku katakan. Kemudian aku ingat istri dan anakku. Aku berterima kasih kepada dokter atas kelemah lembutannya, lantas aku berlalu dan tidak melihat istriku. Adapun istriku maka dia tidak bersedih, dia ridha dan beriman terhadap takdir Allah. Seringkali ia menasehatiku untuk menjaga diri dari menertawakan orang lain, dan ia juga senantiasa mengulang-ulanginya agar aku tidak ghibah.

Kami keluar dari rumah sakit bersama Salim. Sungguh, aku tidak banyak memperhatikannya. Aku menganggapnya tidak ada di rumah. Ketika tangisannya sangat keras, aku lari ke lorong untuk tidur di sana. Sedangkan istriku sangat memperhatikan dan mencintainya. Sebenarnya aku tidak membencinya, tetapi masih belum bisa mencintainya.

Salim pun semakin besar. Mulailah dia merangkak, akan tetapi cara merangkaknya aneh. Umurnya hampir setahun, dan mulailah dia berjalan. Maka semakin jelas jika dia pincang. Maka beban yang berada di pundakku semakin besar. Setelah itu istriku melahirkan anak yang normal setelahnya, Umar dan Khalid. Berlalulah beberapa tahun dan Salim semakin besar, dan tumbuh besar pula saudara-saudaranya. Aku sendiri tidak seberapa suka duduk-duduk di rumah, seringkali aku menghabiskan waktu bersama dengan teman-temanku.

Istriku tidak pernah putus asa untuk senantiasa menasehatiku. Dia senantiasa mendoakanku agar mendapat hidayah. Dia tidak pernah marah terhadap perbuatanku yang gegabah. Akan tetapi, ia sangat bersedih jika melihatku banyak memperhatikan saudara-saudara Salim, sementara kepada Salim aku meremehkannya. Salim semakin besar dan harapanku kepadanya juga semakin besar. Aku tidak melarang ketika istriku memintaku agar mendaftarkan Salim di salah satu sekolah khusus penyandang cacat. Tidak terasa aku telah melalui beberapa tahun hanya aku gunakan untuk bekerja, tidur, makan dan begadang dengan teman-temanku.

Pada hari Jumat, aku bangun pada pukul 11.00 waktu zhuhur. Dan ini masih terlalu pagi bagiku, dimana ketika itu aku diundang untuk menghadiri suatu perjamuan. Aku berpakaian, mengenakan wewangian dan hendak keluar. Aku berjalan melalui lorong rumah, namun wajah Salim menghentikan langkahku. Dia menangis dengan meluap-luap!

Ini adalah kali pertama aku memperhatikan Salim semenjak dia masih kecil. Telah berlalu 10 tahun, tetapi aku tidak pernah memperhatikannya. Aku mencoba untuk pura-pura tidak tahu, tetapi tidak bisa. Aku mendengarkan suaranya yang sedang memanggil ibunya, sementara aku sendiri berada di dalam kamar. Aku melihatnya dan berusaha mendekat kepadanya. Aku berkata: "Salim, mengapa engkau menangis?" Ketika mendengar suaraku, ia berhenti menangis. Maka ketika ia merasa aku telah berada di dekatnya, dia mulai merasakan apa yang ada di sekitarnya dengan kedua tangannya yang kecil. Dengan apakah dia melihat? Aku merasa bahwa dia berusaha untuk menjauh dariku!! Seolah-olah ia berkata: "Sekarang engkau telah merasakan keberadaanku. Dimana saja engkau selama 10 tahun yang lalu?!" Aku mengikutinya, ia masuk ke dalam kamarnya. Ia menolak memberitahukan kepadaku sebab dari tangisannya. Maka aku mencoba untuk berlemah lembut kepadanya. Mulailah Salim menjelaskan sebab tangisannya. Aku mendengar ucapannya, dan aku mulai bangkit.
Apakah kalian tahu apa yang menjadi sebabnya!! Saudaranya, Umar, terlambat, terlambat mengantarkannya pergi ke masjid, sebab ketika itu adalah shalat jumat, dia khawatir tidak mendapatkan shaf pertama. Ia memanggil Umar, ia memanggil ibunya, akan tetapi tidak ada yang menjawabnya, akhirnya ia menangis. Aku melihat airmata yang mengalir dari kedua matanya yang tertutup. Aku belum bisa memahami kata-katanya yang lain. Aku meletakkan tanganku kepadanya dan berkata: "Apakah untuk itu engkau menangis, wahai Salim...?!"
Dia berkata, "Ya..."
Aku telah lupa dengan teman-temanku, aku telah lupa dengan undangan perjamuan.

Aku berkata: "Salim, jangan bersedih! Tahukah engkau siapakah yang akan berangkat denganmu pada hari ini ke Masjid?"

Ia berkata: "Dengan Umar tentunya, tetapi ia selalu terlambat."
Aku berkata: "Bukan, tetapi aku yang akan pergi bersamamu."

Salim terkejut, ia seakan tidak percaya. Dia mengira aku mengolok-oloknya. Dia meneteskan airmata kemudian menangis. Aku mengusap airmatnya dengan tanganku dan aku pegang tangannya. Aku ingin mengantarkannya dengan mobil, tetapi ia menolak seraya mengatakan: "Masjidnya dekat, aku hanya ingin berjalan menuju masjid!"

Aku tidak ingat kapan kali terakhir aku masuk ke dalam masjid. Akan tetapi ini adalah kali pertama aku merasakan adanya takut dan penyesalan atas apa yang telah aku lalaikan selama beberapa tahun belakangan. Masjid itu dipenuhi dengan orang-orang yang shalat, kecuali aku mendapati Salim duduk di shaf pertama. Kami mendengarkan khutbah jumat bersama, dan dia shalat di sampingku. Bahkan, sebenarnya akulah yang shalat di sampingnya.

Setelah shalat, Salim meminta kepadaku sebuah mushaf. Aku merasa aneh, bagaimana dia akan membacanya padahal ia buta? Aku hampir saja mengabaikan permintaannya dan berpura-pura tidak mengetahui permintaannya. Akan tetapi aku takut jika aku melukai perasaannya. Akhirnya aku mengambilkan sebuah mushaf. Aku membuka mushaf dan memulainya dari surat al Kahfi. Terkadang aku membalik-balik lembaran, terkadang pula aku melihat daftar isinya. Maka ia mengambil mushaf itu dari tanganku kemudian meletakkannya. Aku berkata: "Ya Allah, bagaimana aku mendapatkan surat al kahfi, aku mencari-carinya hingga mendapatkannya di hadapannya!!"

Mulailah ia membaca surat itu dalam keadaan kedua matanya tertutup. Ya Allah...!! Ia telah hafal surat al Kahfi secara keseluruhan...!

Aku malu pada diriku sendiri. Aku memegang mushaf, namun aku rasakan seluruh anggota badanku menggigil. Aku baca dan aku baca. Aku berdoa kepada Allah agar mengampuniku dan memberi petunjuk kepadaku. Aku tidak kuasa, maka mulailah aku menangis seperti anak kecil. Manusia masih berada di masjid untuk mendirikan shalat sunnah. Aku malu pada mereka, maka mulailah aku menyembunyikan tangisanku. Maka berubahlah tangisan itu menjadi isakan.

Aku tidak merasakan apa-apa ketika itu kecuali melalui tangan kecil yang meraba wajahku dan mengusap kedua airmataku. Dialah Salim!! Aku dekap dia ke dadaku dan aku melihatnya. Aku berkata kepada diriku sendiri, "Engkau tidaklah buta wahai anakku, akan tetapi akulah yang buta, ketika aku bersyair di belakang orang fasiq yang menyeretku ke dalam api neraka."

Kami kembali ke rumah. Istriku sangat gelisah terhadap Salim. Namun seketika itu juga kegelisahannya berubah menjadi airmata kebahagiaan ketika ia mengetahui bahwa aku telah shalat jumat bersama Salim.

Sejak saat itu, aku tidak pernah ketinggalan untuk mendirikan shalat jamaah di masjid. Aku telah meninggalkan teman-teman yang buruk. Sekarang aku telah mendapatkan banyak teman yang aku kenal di masjid. Aku merasakan nikmatnya iman bersama mereka. Aku mengetahui dari mereka banyak hal yang dilalaikan oleh dunia. Aku tidak pernah ketinggalan mendatangi kelompok-kelompok pengajian atau shalat witir. Aku telah mengkhatamkan al Quran beberapa kali dalam sebulan. Lisanku telah basah dengan dzikir agar Allah mengampuni dosa-dosaku berupa ghibah dan menertawakan manusia. Aku merasa lebih dekat dengan keluargaku. Hilang sudah ketakutan dan belas kasihan yang selama ini ada di mata istriku. Senyuman tidak pernah pergi menjauhi wajah anakku, Salim. Siapa yang melihatnya akan mengira bahwa dia adalah seorang malaikat dunia beserta isinya. Aku banyak memuji Allah atas segala nikmat-Nya.

Suatu hari, teman-temanku yang shalih menetapkan diri melakukan safar untuk berdakwah. Aku ragu-ragu untuk pergi. Aku melakukan istikharah dan bermusyawarah dengan istri. Aku merasa dia akan menolak keinginanku. Akan tetapi ternyata sebaliknya, ia menyetujui keinginanku! Aku sangat bahagia, bahkan ia memotivasiku. Dia telah melihat masa laluku, dimana aku melakukan safar tanpa musyawarah dengannya sebagai bentuk kefasiqan dan perbuatan jahat.

Aku menghadap ke arah Salim. Aku mengabarinya jika aku hendak melakukan safar. Maka dia memegangku dengan kedua tangannya yang masih kecil sebagai ungkapan selamat jalan.

Aku telah meninggalkan rumahku lebih dari satu bulan. Selama itu, aku masih senantiasa menghubungi istriku dan juga berbicara kepada anak-anakku selama ada kesempatan. Aku sangat rindu kepada mereka. Ah, betapa rindunya aku kepada Salim. Aku sangat ingin mendengarkan suaranya. Dialah satu-satunya yang belum berbicara denganku semenjak aku melakukan safar. Bisa jadi karena dia berada di sekolah, bisa juga dia berada di masjid ketika aku menghubungi mereka.

Setiap kali aku berbicara dengan istriku perihal kerinduanku padanya (Salim), maka ia tertawa suka cita dan bahagia. Kecuali kali terakhir aku meneleponnya, aku tidak mendengar tawanya seperti biasa, suaranya berubah.

Aku berkata kepadanya: "Sampaikan salamku kepada Salim." Istriku menjawab: "Insya Allah...!" Kemudian ia terdiam.

Terakhir, aku pun kembali ke rumah. Aku ketuk pintu. Aku berangan-angan jika Salim yang akan membukakan pintu itu. Akan tetapi, aku mendapati anakku Khalid yang usianya belum sampai 4 tahun membukakan pintu. Aku gendong dia, dan dia berteriak-teriak: "Baba...baba..."

Aku tidak tahu kenapa dadaku berdebar ketika memasuki rumah.
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Istriku menyambutku. Wajahnya mulai berubah, seolah-olah kebahagiaannya dibuat-buat.
Aku perhatikan ia baik-baik kemudian aku bertanya: "Ada apa denganmu?"

Ia berkata: "Tidak apa-apa."
Tiba-tiba aku teringat Salim, maka aku berkata: "Dimana Salim."
Istriku menundukkan wajahnya dan tidak menjawab. Airmata yang masih hangat menetes di pipinya.

Aku berteriak, "Salim...! Di mana Salim?"
Aku mendengar suara anakku Khalid yang hanya bisa mengatakan: "Baba..."
"Salim telah melihat surga," kata istriku.
Istriku tidak kuasa dengan situasi ketika itu. Ia hendak menangis, hampir saja ia pingsan. Maka kemudian aku keluar dari kamar.

Aku tahu setelah itu, bahwa Salim terserang panas yang sangat tinggi beberapa hari sebelum kedatanganku. Istriku telah membawanya ke rumah sakit, ketika tiba disana maka ia menghembuskan nafas terakhir. Ruhnya telah meninggalkan jasadnya.

Aku mengira, anda semua wahai para pembaca akan menangis, dan air mata anda akan mengalir sebagaimana air mata kami juga mengalir. Anda akan tersentuh sebagaimana kami juga tersentuh. Aku berharap Anda semua tidak lupa untuk mendoakan Salim, lebih khusus lagi bagi ibunya yang tetap teguh menjalankan tugasnya walaupun suaminya pergi. Jadilah ibu tersebut seperti perusahaan sebenarnya yang menghasilkan kaum laki-laki yang kuat. Semoga Allah membalas amal kebaikannya.

http://www.facebook.com/fanspage.HAA

Rabu, 30 November 2011

Perusahaan Multinasional ( Multinational Corporation )

Perdagangan internasional seperti impor dan ekspor merupakan tahap awal dari operasi internasional perusahaan. Pola operasi internasional meliputi; usaha patungan, penanaman modal asing dan sistem lisensi.Subjek dalam perdagangan internasional secara tegas sangat memperhitungkan peran pemerintah yang besar dalm hubungan dengan MNC serta perusahaan lainnya dalam bisnis internasional.

MNC merupakan perusahaan yang wilayah operasinya meliputi sejumlah negara dan memiliki fasilitas produksi dan service di luar negeranya sendiri. Pertumbuhan perusahaan multinasional yang cepat memungkinkan adanya konflik antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan inddividual. 
Perusahaan multinasional menurut S.C. Certo (1997) adalah sebuah perusahaan yang memiliki operasi yang signifikan pada lebih dari satu negara

Karakteristik MNC’s
  1. Membentuk afiliasi di luar negeri
  2. Visi dan strategi mendunia (global)
  3. Kecenderungan memilih jenis kegiatan bisnis tertentu,umumnya manufakturing
  4. Menempatkan afiliasi di negara-negara maju
Keuntungan Perusahaan Berskala Besar
  1. Memungkinkan menerapkan spesialisasi divisi dan personalia
  2. Semakin murah biaya produksi
  3. Memiliki akses untuk dana investasi yang lebih besar dengan bunga yang rendah
  4. Cenderung lebih permanen 
Kerugian Perusahaan Berskala Besar
  1. Terciptanya konsentrasi ekonomi yang berlebihan yang rawan untuk disalahgunakan 
  2. Kondisi kerja yang kurang manusiawi 
  3. Akibat besarnya organisasi, keputusan yang diambil cenderung lebih lambat dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan 
MNC DALAM GLOBALISASI EKONOMI

Menurut Theodore Levitt, yang disebut dengan globalisasi ekonomi dunia adalah proses munculnya realitas komersial baru, yang diwarnai dengan kecenderungan adanya homogenitas selera dan preferensi konsumen.
Sementara itu, Michael Porter ahli manajemen bisnis mendefinisikan globalisasi ekonomi sebagai keadaaan dimana persaingan antarperusahaan tidak lagi dibatasi oleh batas-batas negara.
Arus globalisasi ekonomi dunia ini terjadi karena sejumlah faktor, dan yang paling sering disebut adalah kemajuan di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transportasi. Ada banyak hal yang dapat mendorong arus globalisasi ekonomi diantaranya , yaitu:

· Penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
· Penggunaan mata uang dolar sebagai mata uang internasional
· Pesatnya pertumbuhan sektor kepariwisataan
· Adanya kerangka sistem moneter dan perdagangan dunia yang relatif mapan
· Munculnya kekuatan ekonomi yang semakin berimbang


Setiap terjadi perubahan pasti akan muncul peluang dan ancaman. Para penganut teori Neo-Marxis melihat, bahwa proses globalisasi merupakan bentuk baruu dari ekspansi kapitalisme. Dalam tatanan dunia yang tidak berimbang, globalisasi hanya mengekalkan posisi negara-negara berkembang.
Namun sebagian yang lain optimis, menurut mereka, globalisasi ekonomi memiliki efek menyebarkan kegiatan ekonomi secara lebih merata.

Optimisme lainnya dari teori Adam Smith. Teori yang dituturkannya dua abad yang lalu membahas mengenai hubungan luas pasar dan spesialisasi. Menurut Adam Smith, spesialisasi yang mengakibatkan produktivitas meningkat, dibatasi oleh luas pasar. Semakin luas pasar, semakin tinggi kecenderungan spesialisasi. Jadi, globalisasi dan spesialisasi merupakan dua kekuatan yang saling menguatkan satu sama lain.

Pemerintah berkepentingan untuk mendorong perusahaan-perusahaan domestik agar menggalang kerja sama dengan perusahaan-perusahaan global. Perusahaan-perusahaan di negara berkembang harus menghindari persaingan frontal dengan perusahaan global yang unggul dalam semua aspek


Arus globalisasi ekonomi dunia tidak mungkin terelakan. Kita akan kehilangan momentum sejarah bila mengisolasi diri. Oleh karena itu, sebagai suatu bangsa yang sedang menabangun, kita juga harus berani menghadapi persaingan perdagangan di pasar global.


Keluhan atas MNC’s
  1. Mencari laba yang berlebihan
  2.  Mendominasi perekonomian setempat
  3.  Hanya mempekerjakan tenaga lokal yang sangat berbakat
  4. Gagal melakukan alih teknologi yang maju
  5.  Melakukan intervensi terhadap pemerintah
  6.  Kurang membantu perkembangan perusahaan domestik
  7.  Kurang menghormati adat, hukum dan kebutuhan setempat 

PENYALAHGUNAAN PERUSAHAAN MULTINSIONAL


Wujud secara fisik berkaitan dengan modern mengenai ‘Masalah Perusahaan Multinasional” dapat dilihat dengan tersebarnya secara cepat perusahaan-perusahaan Amerika Serikat di seluruh dunia sejak perang dunia kedua. Pada tahun 1960an di Eropa, sangat terasa sekali pengaruh ekonomi Amerika Serikat yang begitu kuat sehingga dianggap sebagai suatu ancaman. Kemudian pada tahun 1967 dalam bukunya Jean Servan-Schreiber menulis “Tantangan Amerika”. 

Pengarang menyatakan bahwa industri Eropa dalam bahaya dengan adanya kehadiran perusahaan Amerika Serikat yang menguasai pasar Eropa terutama dalam bidang teknologi industri. Solusinya perlu mengadopsi suatu kebijakan penggabungan Negara-negara Eropa untuk mempertemukan kekuatan pasar agar mampu bersaing dengan Amerika Serikat. Perusahaan Multinasional Amerika Serikat, dianggap sebagai alat untuk melakukan kompetisi dengan menggunakan peraturan yang melampuai batas-batas Negara dengan cara yang baik ke perusahaan Eropa.

Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602 yaitu Perusahaan Hindia Timur Belanda yang merupakan saingan berat dari Perusahaan Hindia Timur Britania.



contoh :
  1. Adidas
  2. Allianz
  3. AOL
  4. Apple Computer
  5. AT&T
  6. BMW
  7. Bombardier
  8. British Petroleum
  9. Chevron Corporation
  10. Coca-Cola
  11. Dell
  12. Enron
  13. Exxon
  14. Fiat
  15. Fonterra
  16. Freeport
  17. General Electric


http://hukum.kompasiana.com/2010/07/11/perusahaan-multinasional/




Jumat, 21 Oktober 2011

Mengintip kisah sukses H.A.Pramono ( Mas Mono )



“ Hidup adalah perubahan. Manusia dapat berubah nasibnya, jika ia memiliki semangat, kemauan dan tindakan untuk berubah “

Dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang instan, artinya, kalau kita ngin SUKSES , kita harus melewati sebuah perjuangan. Nah, perjuangan seperti ini nihh yang mungkin pernah dilewati oleh seorang H.A. Pramono yang lebih akrab kita kenal dengan sebutan Mas Mono. Rupanya nama Mas Mono ini memiliki magnet tersendiri dalam perjalanan bisnisnya lohh.. Lihat saja di wilayah kota Jakarta dan sekitarnya, outlet cabang bisnis kulinernya yang bernama “Ayam Bakar Mas Mono” tersebar dimana-mana. Bukan hanya asal terkenal, tapi memang karna ciri khas ayam bakarnya  yang gurih sampai ke tulang.  Dijamin, ayamnya bakal bikin kita ketagihaaan!!!

Bisnis itu dimulai dari titik paling bawah..

H.A Pramono. Ternyata, bapak kelahiran Madiun 1974 ini hanyalah salah satu dari sekian banyak perantau yang mencoba mengadu nasip di Ibu kota.  Kita semua pasti tau dong,gimana susahnya cari kerja di Jakarta dengan hanya bermodalkan ijazah SMA?? biasanya lowongan yang  ada di perkantoran paling  banter kalau tidak menjadi satpam, ya menjadi office boy. Nah, mas mono ini akhirnya memilih menjadi office boy, kenapa?? karna menurutnya, bila diperbolehkan, ia masih memiliki kesempatan untuk belajar mengetik komputer. Sepengetahuannya, karyawan yang memiliki keterampilan khusus, gajinya lebih gede. Dan ternyata benar, mas mono ini berhasil diangkat menjadi supervisor ditempat ia bekerja berkat ketekunannya. Waah, hebat juga yaa..

Dari berbagai sumber yang saya baca, mas mono juga sempat punya penghasilan tambahan dengan melayani jasa pengetikan skripsi. Meski sudah berusaha keras untuk mendapatkan hasil tambahan, tetapi tetap saja tuntutan ekonomi  berkembang jauh lebih pesat, sehingga membuat mas mono merasa posisinya sebagai karyawan tidak akan bisa menopang..Sampai akhirnya ia memiliki tekad menjadi seorang pengusaha. Namun, bagaimana caranya?? bagaimana memulainya?? Modalpun ia tak punya?! hohoho... 

Tetapi jangan salah, keputusan yang singkat, yang hanya didasari oleh keinginnya bahwa menjadi pewirausaha memiliki peluang lebih banyak untuk kaya jika dibandingkan menjadi seorang supervisor di kantornya, Mas Mono pada awal tahun 2001 keluar dari pekerjaannya, dan optimis untuk menjadi pewirausaha mandiri.  Wah, tidak semua orang loh bisa mempunyai keberanian seperti mas mono ini, mengambil keputusan dengan resiko tinggi. Punya uang Rp.500 rb. Hmm..mas mono memutar otak dengan jual pisang coklat keliling  dari SD ke SD. Dengan omset 15-20rb per hari, jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan penghasilan supervisor tentunya, ia memberanikan diri untuk menikah dengan Gadis pilihan hatinya yaitu Nunung, yang memberinya seorang putri bernama Novita Anung Pramono. Wow, gadis yang sangat beruntung memiliki sosok ayah seperti mas mono.

Warung kaki lima dengan standar operasional rumah makan besar..




Berdagang gorengan keliling, mendorong gerobak dari pagi hingga larut, membuat sosok mas mono ini memiliki harapan dan mimpi besar menjadi seorang pengusaha yang sukses. Dan mimpi itu perlahan bak gayung bersambut. Disela sela waktu ia berjualan, mas mono melihat lapak kosong di depan Universitas Sahid di Jln.Prof.Dr.Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan. WOW…lokasi yang sangat strategis pastinya. Mahasiswa, pegawai kantoran, jalan yang hidup, dan masyarakat yang berlalu lalang disekitarnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan mas mono. Dengan uang Rp.500rb dan modal nekat ia berfikir untuk berjualan ayam bakar. Selama orang-orang masih suka makan, tidak ada yang salah dengan dagangan ayam bakarnya bukan?

Mas Mono pernah bercerita dalam salah satu situs miliknya,

“Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika memulai usaha ini saya harus ke pasar jam tiga dinihari. Jam empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur. Tapi,yang perlu diingat adalah untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung rugi laba, yang terpenting adalah melakukan action”

Pertama kali jualan, 5 ekor ayam, dijadikan 20 potong. Berapakah yang laku? Ternyata hanya 12 potong. Awal yang baik untuk sebuah hasil kombinasi antara menu yang enak dan sebuah ketekunan.  Tidak hanya fokus pada rasa dan menu yang ia jual, mas mono ini ternyata sangat paham betul dengan dunia bisnis lho..

“Meskipun warung saya hanya kaki lima, namun saya menerapkan standar operasional rumah makan besar. Karyawan memakai seragam, tidak memelihara kuku panjang, tidak berkumis dan tidak berjenggot,”

wahh…ini nih yang perlu dicontoh..
Mungkin gak yah, kalo standar ini termasuk  kecerdasan dalam berbisnis?? 


Standar yang diterapkan tersebut telah membuat warung Mas mono terlihat berbeda dari warung-warung yang lain. Mas mono juga selalu terbuka menerima kritik dan saran dari para pelangannya yang membuat ia semakin belajar dan terus belajar sampai sekarang. 
Sampai suatu hari, mimpinya menjadi pengusaha sukses semakin terbuka lebar, sejak salah satu pelanggannya yang merupakan pegawai stasiun tv menyarankan mas mono untuk melayani jasa  catering ke stasiun tv tempatnya bekerja. Dan manisnya, tidak perlu menunggu lama mas mono ternyata berhasil menerima proyek tersebut. Berawal dari sinilah Mas mono membentangkan sayap bisnisnya dimana-mana. 13 0utlet lengkap dengan berbagai penghargaan yang di terima, H,A.Pramono kini menjadi salah satu tokoh sukses di Indonesia!


Jadi, apa sih hikmah yang bisa kita ambil dari perjalanan bisnis seorang Mas Mono ini???


Tentunya ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah perjalanan bisnis Mas Mono. Mulai dari pandangan hidup, cara berfikir, hingga taktik/kecerdasannya dalam berbisnis. Belajar dari cara ia menata masa depan dan menghadapi segala rintangan yang menghampirinya,  Mas mono adalah seseorang yang memiliki jiwa optimisme yang tinggi, dan tidak takut dengan segala resiko yang akan diterimanya. Dengan sifatnya yang optimis itulah ia berani mengambil keputusan hebat hingga berhasil membawanya menjadi pengusaha yang sangat sukses. OPTIMIS, itu adalah yang terpenting.


Kemudian, jika kita mengingat kata-kata Mas Mono, bahwa.. " untuk memulai usaha, tidak perlu banyak berfikir, apalagi menghitung rugi laba, yang terpenting adalah melakukan action" wahh... ini nih.. biasanya setiap kita ingin membuka usaha ataupun mencoba hal2 baru, yang pertama kita fikirkan adalah, " rugi tidak yaa??" atau  "ahh..resikonya terlalu besar nih.."  Nah, mulai sekarang stop!! and JUST DO IT !! Sebuah pertimbangan memang perlu, tapi itu hanya sebagai pegangan kita dan bukan malah membuat kita ciut ataupun takut untuk melakukan suatu aksi .



Tidak malu untuk mencoba memulai dari bawah. Mungkin itu juga yang ingin disampaikan oleh Mas Mono melalui kisah hidupnya ini. Bahwa untuk menjadi suskses itu memang butuh perjuangan. Kalau kata guru B.indonesia saya dulu, peribahasanya adalah " berakit-rakit kehulu, berenang-renang kemudian" hahaha.. ya, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Sangat berbeda dengan keadaan sekarang yang kebanyakan orang hanya mau merasakan senangnya saja. Apakah anda termasuk kedalamnya??wahh jangan yaa...


Dan yang terakhir adalah kecerdasan dalam berbisnis. Hal ini ternyata sangat penting bagi kita yang ingin memulai suatu usaha/bisnis apapun. Melihat situasi kondisi yang ada perlu untuk menjadi bahan perhitungan kita. Misalnya,lokasi yang strategis, menggunakan modal se efektif mungkin, standar operasional dan lain sebagainya..


Satu lagi, jangan pernah takut untuk BERMIMPI, karna tidak mustahil, ketika anda terbangun, anda benar benar berada pada situasi yang anda impikan itu. 
BRAVO Mas Mono !!!